TOTABUAN.CO BOLMONG — Harga minyak Nilam anjlok membuat ratusan petani di Sulawesi Utara (Sulut) khususnya di Bolaang Mongondow Raya (BMR) marah besar. Mereka pun ancam turun demo meminta pemerintah turun tangan lantaran anjloknya harga pengambilan harga minyak ke petani.
“Kami akan menggelar aksi demonstrasi besar-besaran ke DPRD dan Bupati setempat jika harga minyak Nilam tidak segera dinaikkan,” ujar para petani.
Saat ini harga minyak Nilam di Sulawesi Utara khususnya di Kabupaten Bolaang Mongondow anjlok. Bahkan penurunannya sangat drastis sejak sepekan terakhir.
Padahal sebelumnya harga minyak Nilam per kilo gram mencapai Rp 2 juta rupiah perkilonya. Namun saat ini harganya turun drastis menjadi Rp 800 ribu per kilo gram.
Hal ini tentu membuat petani jadi patah semangat. Dengan anjloknya harga, tak sedikit petani mengeluhkan hal ini.
Kekawatiran petani pun mulai muncul.
Sebab, hampir semua petani di wilayah Sulaweai Utara khususnya di BMR, beralih ke Nilam karena harganya menjanjikan.
“Jika harga nilam terus anjlok, kelangsungan kami sebagai petani bakal terancam. Karena saat ini semua fokus di Nilam. Dulunya masih ada jagung, tapi sekarang semua beralih ke Nilam,” ungkap Ruslan salah satu petani di Kabupaten Bolmong.
Ruslan pun bersama ratusan petani Nilam berharap, perhatian pemerintah dan DPRD.
Sebab ditenggarai anjloknya harga minyak Nilam karena sengaja dimainkan oleh para tengkulak.
Bahkan ditenggarai, dengan ingin menguasai harga, seorang eksportir dari PT VA masuk hingga ke lokasi dan membeli langsung. Padahal mestinya seorang eksportir harus menunggu barang dari suplayer di pusat bukan di lokasi.
Selain itu, mereka mengontrol kondisi di lapangan sehingga merugikan suplayer, pengepul dan petani.
“Tentu jika eksportir ada di lokasi dan membeli langsung harga tidak akan stabil karna langsung memantau stok yang ada. Sehingga semaunya mengeluarkan harga yang dapat merugikan petani.
“Kami meminta PT VA yang ditenggarai sebagai eksportir, untuk tidak memainkan harga. Sebab, fungsi eksportir menawarkan harga terbaik ke luar negeri agar harga penjualan tetap stabil, bukan malah turin langsung ke lokasi dan menurunkan harga yang dapat merugikan,” kata para petani.
“Kami berharap suara kami petani di Sulut, bisa didengar oleh pemerintah, bahkan bisa sampai ke telinga Bapak Presiden,”katanya. (*)