TOTABUAN.CO — Industri makanan dan minuman (mamin), sebagai salah satu penyokong pertumbuhan ekonomi nasional masih terkendala minimnya bahan baku, infrastruktur, pasokan listrik dan gas, serta suku bunga tinggi untuk investasi. Atas fakta ini, Menteri Perindustrian Saleh Husein menyatakan akan terus memperbaiki kebijakan yang mendorong industri mamin khususnya, dan subsektor industri lain pada umumnya.
“Saya harap, industri mamin secara umum dan PT Garudafood khususnya, dapat terus meningkatkan mutu, produktivitas, dan efisiensi, agar juga dapat bersaing di era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015,” katanya, di sela kunjungan ke PT Garudafood, Gresik, Jumat (27/3).
Saleh mengatakan, perbaikan kebijakan yang mendorong industri mamin antara lain menyediakan bahan baku lokal, bunga bank yang kompetitif, insentif pajak untuk investasi, peningkatan infrastruktur, menyediakan listrik dan gas yang cukup, sistem pelayanan perizinan, dan nonperizinan satu pintu.
“Industri mamin dan tembakau tercatat tumbuh 7,24 persen tahun lalu, tertinggi setelah subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 7,33 persen, dan di atas subsektor industri kertas dan barang cetak sebesar 6,15 persen, serta mesin dan peralatan yang tumbuh sebesar 6,05 persen,” katanya.
Pada 2014, industri mamin tumbuh sebesar 7,24 persen. Kontribusi industri mamin terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) non migas sebesar 29,7 persen, dengan nilai perdagangan defisit US$ 250 juta dan investasi mencapai Rp 60,41 triliun. Dengan demikian, tingkat utilisasi mencapai 71 persen. Tahun ini industri mamin ditargetkan tumbuh sebesar 8 persen.
sumber : beritasatu.com