TOTABUAN.CO — Naiknya harga gas elpiji tiga kilogram ternyata berpengaruh pada pemilik warung makanan tegal (warteg). Salah satunya dirasakan Suyati (42), pemilik warteg di Jalan Dewi Sartika, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Ia terpaksa menaikkan harga makanan di warungnya karena tidak bisa lagi mengakali melonjaknya harga gas dan beras. “Sudah sebulan ini harga gas naik. Makanannya ikut naik Rp 1.000,” ujar Suyati, Rabu (25/2).
Suyati membeli gas elpiji tiga kilogram di pengecer tiap dua hari sekali. Ia menuturkan, harga gas elpiji yang semula berkisar pada harga Rp 16.000 sampai Rp 17.000 kini mencapai Rp 19.000 hingga Rp 20.000.
“Sekarang harganya Rp 19.000. Bahkan ada tuh warung yang jual sampai Rp 20.000.”
Suyati menjelaskan selain harga gas elpiji tiga kilogram, kenaikan harga beras juga turut berpengaruh pada harga nasi yang dijualnya.
“Beras mahal banget sekarang. Mau enggak mau saya naikin harga nasi. Biasanya kalau yang beli nasi saja seporsi Rp 3.000 sekarang jadi Rp 4.000,” tuturnya.
Menurutnya, sebelum harga beras naik di pasaran ia sudah bisa mendapatkan beras seharga Rp 8.000 per liter dengan kualitas premium.
Namun kenaikan harga beras yang mencapai Rp 10.000 saat ini kualitasnya tidak terlalu bagus. “Dulu beli beras Rp 8.000 per liter berasnya bagus, nasinya juga pulen. Sekarang yang Rp 10.000 saja nasinya kurang bagus,” katanya.
Meski harga makanan di wartegnya naik, lanjut Suyati, pembeli tetap berdatangan seperti biasa. Menurutnya, para pembeli di warteg miliknya tidak terpengaruh dengan kenaikan harga.
Ia berharap harga gas elpiji tiga kilogram dan beras di pasaran kembali normal.
“Semoga segera turun deh harganya. Kalau naik terus susah juga,” pungkasnya.
sumber : beritasatu.com