TOTABUAN.CO BOLTIM — Kasus serangan demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi di kabupaten Bolmong Timur (Boltim) terus menjadi perhatian warga atas kinerja dari dinas kesehatan (Dinkes). Warga menilai, tak maksimalnya dinas kesehatan yang dipimpin Eko Marsidi itu, membuat angka penderita DBD terus meningkat.
“Seharusnya Dinkes agar lebih banyak turun ke desa untuk mensosialisasikan cara penanggulangan DBD agar masyarakat bisa tahu lebih jelas. Bukan hanya melalui surat dan iklan di media, ” ujar Utung Simbala warga Boltim.
Menurutnya tidak semua masyarakat bisa membaca, Apalagi iklan. Dia menegaskan. Dinkes jangan selalu menyalahkan masyarakat, karena masih banyak masyarakat tidak terlalu paham soal bagaimana antisipasi DBD, kata Untung.
Kadis Dinkes Boltim Eko Marsidi mengatakan pihaknya sudah mulai melakukan pelayanan kepada masyarakat melalui Mobil Medical Center (MMC)
“Sudah sejak Selasa (17/02/2015), tim kami melakukan pelayanan disemua kecamatan secara bertahap mulai dari Modayag Barat. Ini untuk meminimalisir DBD dan penyakit lainnya seperti ISPA,” kata Eko.
Eko juga mengklarifikasi soal jatuh sakitnya Sekda Boltim Muhamad Assegaf karena diduga positif DBD beberapa waktu lalu hingga harus dirujuk ke rumah sakit di Manado. Dia mengakui Sekda terkena DBD namun bukan di Boltim. Menurutnya Informasi tersebut bisa memberi dampak negatif pada upaya pemberantasan DBD ditengah-tengah masyarakat.
” Pak Sekda masuk RS bukan karena DBD, itu hasil pemeriksaan laboratorium. Namun terjadi saat pindah rumah sakit dari Siloam, RS Siti Maryam ke RSU Prof. Kandow, itu yang dikatatakan oleh pak Sekda, ” pungkas Eko .(wan)